Memahami Soft Selling Dan Hard Selling Dalam Bisnis Hotel
Memahami Soft Selling Dan Hard Selling Dalam Bisnis Hotel
Dalam pemasaran perhotelan, soft selling dan hard selling merupakan dua strategi utama yang digunakan untuk menarik pelanggan.
Keduanya memiliki keunggulan dan tantangan, serta relevansi yang berbeda tergantung pada situasi.
Dalam blog ini, kita akan membahas kedua konsep tersebut, bagaimana mereka diterapkan dalam strategi pemasaran hotel, serta kapan waktu yang tepat untuk menggunakan masing-masing strategi ini.
Apa Itu Soft Selling dan Hard Selling?

Soft Selling
Soft selling merupakan strategi penjualan yang berfokus pada membangun hubungan emosional dengan pelanggan. Strategi ini cenderung bersifat persuasif, halus, dan tidak memaksa.
Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan kesan positif, memperkenalkan produk atau layanan secara natural, dan membantu pelanggan mengambil keputusan dengan rasa percaya.
Contoh :
- Memberikan informasi tentang fasilitas hotel melalui konten storytelling di media sosial.
- Mempromosikan pengalaman menginap dengan testimoni pelanggan yang puas.
- Menggunakan foto-foto yang memukau untuk menunjukkan suasana hotel tanpa tekanan untuk langsung memesan.
Hard Selling
Hard selling merupakan strategi penjualan langsung dan mendesak yang menekankan pada kebutuhan pelanggan untuk segera mengambil tindakan.
Hard selling sering kali disampaikan dengan pesan jelas dan langsung, seperti promosi waktu terbatas, diskon besar-besaran, atau ajakan langsung untuk memesan sekarang.
Contoh:
- Penawaran “Early Bird Promo: Diskon 20% jika memesan hari ini!”
- Ajakan untuk upgrade kamar dengan tarif spesial pada saat check-in.
- Penjualan paket wisata atau pengalaman tambahan dengan harga promosi.
Apa Keuntungannya?

Soft Selling
- Membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
- Meningkatkan loyalitas dan kesetiaan pelanggan.
- Memberikan kesan bahwa hotel peduli pada kebutuhan dan kenyamanan tamu, bukan hanya mengejar keuntungan.
Hard Selling
- Memberikan hasil yang cepat, terutama dalam situasi darurat seperti mengisi kamar kosong saat tingkat hunian rendah.
- Lebih mudah untuk melacak keberhasilan kampanye karena berfokus pada hasil langsung.
- Cocok untuk memanfaatkan momen tertentu, seperti musim liburan.
Apa Tantangannya?

Soft Selling
- Strategi ini memerlukan waktu lebih lama untuk menghasilkan konversi.
- Tidak selalu efektif dalam situasi yang membutuhkan keputusan cepat.
- Membutuhkan kreativitas dalam menciptakan konten yang menarik.
Hard Selling
- Strategi ini kurang efektif untuk membangun hubungan jangka panjang.
- Bisa dianggap terlalu agresif oleh pelanggan, sehingga berisiko merusak brand image.
- Tidak selalu sesuai dengan jenis pelanggan yang lebih menghargai pengalaman daripada harga.
Kapan Menggunakan Soft Selling dan Hard Selling?

Soft Selling
Soft selling lebih cocok digunakan untuk kampanye pemasaran jangka panjang, terutama saat hotel ingin membangun brand image.
Misalnya, hotel atau resort mewah dapat menggunakan strategi ini untuk menonjolkan pengalaman unik yang mereka tawarkan.
Soft selling juga ideal untuk meningkatkan engagement di media sosial dan menarik perhatian pelanggan secara halus.
Hard Selling
Hard selling sangat efektif untuk kampanye promosi jangka pendek, terutama dalam situasi tertentu seperti musim sepi (low season) atau untuk mengisi kamar yang tidak terjual.
Hotel budget juga sering menggunakan strategi ini untuk menarik pelanggan yang lebih sensitif terhadap harga.
Demikianlah pembahasan mengenai soft selling dan hard selling ini. Semoga ini dapat bermanfaat!
